Cerita Wastra, Cara Unik Alila Solo Hotel Peringati Hari Batik Nasional

oleh -202 Dilihat
Alila Solo Hotel menggelar Cerita Wastra, intimate batik exhibition untuk memperingati Hari Batik Nasional. (Foto: Putri Sejati)
Alila Solo Hotel menggelar Cerita Wastra, intimate batik exhibition untuk memperingati Hari Batik Nasional. (Foto: Putri Sejati)

KILASJATENG.ID- Alila Solo Hotel mempersembahkan pameran batik yang dikemas dalam intimate batik exhibition untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober 2024. 

Mengambil tajuk “Cerita Wastra”, pameran tersebut digelar mulai 2 hingga 4 Oktober bertempat di Foyer Ballroom Alila Solo Hotel dengan menampilkan 16 koleksi batik milik kolektor wastra (kain nusantara), Ninik Dyahningrum Joesoef yang merupakan karya batik tulis lawasan medio 1950-1960-an.

Selain pameran kain batik lawasan, tepat Hari Batik juga digelar talkshow yang menghadirkan sejumlah narasumber untuk lebih mengenalkan karya batik nusantara yang telah ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan budaya takbenda itu. 

Ditemui usai talkshow, Ninik  mengatakan, pameran tersebut merupakan inisiasi dirinya yang ingin membuat acara di moment peringatan Hari Batik Nasional untuk tim hotel. Sebab ia ingin makin banyak orang yang mencintai dan menghargai batik. Tidak hanya sebagai kain, namun juga sebagai sebuah karya seni. 

Baca Juga  Dukung Pelestarian Budaya, Alila Hotel Solo Resmikan Laras Art Space 

“Awalnya hanya ingin buat kegiatan kecil, tapi idenya berkembang. Lalu kami membuat konsep pameran dengan memajang batik-batik di dinding. Kebetulan saya punya teman kurator yang membantu, dan jadilah pameran ini,” ungkapnya.

Ia menambahkan selain 16 kain batik lawasan koleksinya, juga ada enam kain baik yang dipamerkan dengan cara diperagakan oleh para penari yang sekaligus menjadi model. 

Terkait kain batik koleksinya, Ninik menuturkan ada dua karya yang membuatnya terkesan. Pertama kain Batik Pengsi Lereng Buntal yang sebetulnya merupakan koleksi kain batik milik ibunya yang sempat ia bawa ke Kota Yogyakarta selama menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai pelepas rindu. 

Baca Juga  SANS Triplets Near JEC Jogja, Hotel Baru Tawarkan Fasilitas Mewah Harga Ramah

“Batik itu dibeli ibu saya dengan cara mencicil. Dulu ada bakul batik yang keliling, dan ternyata cicilannya belum lunas, tapi sudah saya bawa ke Jogja waktu kuliah, dan saya pakai untuk selimut. Kenangan itu yang membuatnya sangat berharga,” ceritanya.

Kedua adalah kain Batik Sudagaran yang penuh detail dan motif rumit. 

“Kenapa saya terkesan karena kain ini merupakan  salah satu karya yang pengerjaannya memakan waktu lama dan ternyata sangat rumit untuk membuatnya. Karena itu, saya selalu ingin mengajarkan orang untuk mencintai batik sebagaimana kita mencintai diri sendiri,” ucapnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News