KILASJATENG.ID-Edukasi kesehatan reproduksi harus terus dilakukan demi menciptakan genersai unggul dan sehat di Indonesia. Terutama edukasi kepada golongan rentan kesehatan reproduksi, salah satunya remaja.
“Edukasi kesehatan reproduksi sangat urgen sekarang ini. Misalnya saja pasangan usia subur kalau ditanya bagaimana bisa memproduksi dan hasilkan keturunan sehat serta tidak stunting dan cerdas saja kadang tidak bisa jawab. Ketidaktahuan itu bisa memicu kondisi seperti saat ini, di mana masih banyak stunting atau angka cacat tinggi,” ujar Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo di sela membuka Workshop Fasilitator Kesehatan Reproduksi Bagi Kelompok Risiko Tinggi di Alana Hotel Jogja, Rabu (1/5).
Workshop diikuti fasilitator kesehatan reproduksi mulai dari tingkat pusat sampai provinsi di seluruh Indonesia. dr Hasto menjelaskan jika kesehatan reproduksi jadi sangat penting untuk melahirkan generasi unggul. “Tidak hanya sehat fisik, tapi juga mental, sosial dan ekonomi harus sehat,” ujarnya didampingi Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Dr Hj Andi Ritamariani, M.Pd.
dr Hasto menyebut remaja menjadi golongan yang rentan akan kesehatan reproduksi karena di masa puber, dia harus mendapat pendidikan seks. Sehingga dengan pengetahuan yang benar, akan mencegah gangguan kesehatan reproduksi. “Pendidikan seks kadang masih dianggap tabu. Padahal seks education itu bukan pembelajaran hubungan seks, tapi pengenalan dan cara menjaga kesehatan organ lelaki atau perempuan. Fase remaja menjadi krusial karena mereka sebentar lagi nikah dan seks education dilakukan untuk membekali mereka sebelum nikah,” tambahnya.
Di sisi lain tambahnya, anak tidak sekolah juga merupakan salah satu kelompok berisiko tinggi terhadap masalah kesehatan reproduksi ditambah mereka sangat minim mendapatkan informasi dan edukasi kesehatan reproduksi.
Beberapa masalah kesehatan reproduksi yang rentan terhadap remaja adalah HIV AIDS, pernikahan dini, kehamilan tidak diinginkan, dan melahirkan di usia remaja. Masalah itu masih menjadi ancaman bagi kemajuan remaja Indonesia dan memiliki kontribusi dalam tinginya angka kematian ibu dan bayi.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah mensosialisasikan panduan pembinaan kesehatan reproduksi remaja pada kelompok risiko tinggi serta mensosialisasikan cara penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) Pembinaan Kesehatan Reproduksi Pada Kelompok Risiko Tinggi,” tandasnya.*