KILASJATENG.ID- Debat kedua Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Solo yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Solo di Hotel Swiss-Belinn Saripetojo Solo, Senin 18 November 2024 malam, diwarnai saling sindir baik antara pendukung maupun kedua pasangan calon (paslon).
Aksi saling sindir para pendukung sendiri terlihat saat sesi yel-yel dimana masing-masing tim pendukung diberikan waktu 30 detik untuk membawakan dukungannya. Sindiran pertama dilontarkan pendukung paslon wali kota dan wakil wali kota Solo nomor urut 01, Teguh Prakosa-Bambang “Gage” Nugroho (Teguh-Bambang).
Mereka menyindir paslon lawan yang mendapat endorse dari Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi). Diketahui palson Respati-Astrid yang didukung KIM Plus memang menggunakan gambar mantan Wali Kota Solo itu sebagai bahan kampanye dan kerap bertemu hingga blusukan bareng di Pasar Klitikan Notoharjo, Semanggi menyerap aspirasi pedagang, pekan lalu.
“Ini Surakarta Bukan Ibu Kota, Ini Yang Pertama Bukan Yang Kedua, Tanpa Endorse Artis Teguh-Bambang Tetap Eksis, Tanpa Endorse Presiden Teguh-Bambang Tetap Keren,” ujar yel-yel puluhan pendukung paslon nomor urut 01 di ruang debat.
Mendapat sindiran sekaligus ejekan tersebut, pendukung paslon nomor urut 02 sempat nyaris tersulut emosi dengan membalas ejekan sehingga suasana nyaris memanas. Namun untungnya kondisi bisa kembali kondusif setelah petugas dari Polresta Solo menjadi pagar betis sekaligus pemisah kedua kudu pendukung.
Sedangkan aksi saling sindir dilakukan kedua paslon dalam sesi closing debat. Sindiran kali pertama dilontarkan calon wali kota (Cawali) Solo nomor urut 02, Respati Ardi yang menyebut jika saatnya anak muda yang tampil. Hal itu merujuk pada usia cawali Solo nomor urut 01, Teguh Prakosa yang memang lebih tua dibandingkan dirinya.
“Dua bulan intens menyerap dan mendengar aspirasi warga, kami sadar ini bukan hanya tentang Respati-Astrid. Namun kami anak muda Solo yang ingin berbuat lebih untuk masa depan Solo yang sejahtera, maju dan berkelanjutan. Kota Solo dengan segala potensinya tentu butuh sentuhan, gagasan-gagasan yang muda dan inovatif. Karena keberuntungan berpihak kepada mereka yang berani. Jadi wayahe cah enom tampil, wong tuwa mangestoni (jadi saatnya anak muda tampil, orang tua merestui),” tandasnya.
Hal itupun dibalas calon wakil wali kota (Cawawali) Solo, Bambang Gage yang menegaskan jika kepemimpinan Kota Solo bukan masalah tua muda namun membutuhkan pengalaman dan komitmen yang kuat.
“Bukan soal tua-muda, lebih dari itu. Konteks berkelanjutan butuh pengalaman yang mumpuni dan komitmen kuat,” tegas Bambang Gage.
Diketahui Teguh memang dikenal sebagai politisi PDIP yang cukup lama berkecimpung di legislatif. Ia sudah menjabat sebagai anggota DPRD selama tiga periode sebelum akhirnya dilantik sebagai Wakil Wali Kota dan kemudian menjadi Wali Kota Petahana.
“Berbekal pengalaman, Teguh-Bambang sepakat membangun Surakarta dengan konsep berkelanjutan. Teguh-Bambang berdiri di garda terdepan untuk rakyat, bukan untuk kelompok kepentingan,” imbuh Bambang Gage.*