Jika Studi Tour Dihapus, Pakar Komunikasi UPN Jogja Usul Alternatif Kegiatan Siswa

oleh -328 Dilihat
Assoc Prof. Dr. Edwi Arief Sosiawan, SIP, M.Si, CIIQA, CIAR, CPM(Asia)
Assoc Prof. Dr. Edwi Arief Sosiawan, SIP, M.Si, CIIQA, CIAR, CPM(Asia)

KILASJATENG.ID– Kasus kecelakaan maut (Laka) maut yang menewaskan 11 siswa dan guru SMK Lingga Kencana Depok menyisakan trauma dan kesedihan mendalam tak hanya keluarga namun bagi seluruh warga Indonesia.

Salah satu pendidik dan juga praktisi komunikasi Assoc Prof. Dr. Edwi Arief Sosiawan, SIP, M.Si, CIIQA, CIAR, CPM(Asia) memberikan solusi dan alternatif berbagai macam kegiatan siswa jika studi tour harus dihapuskan.

“Jika pada akhirnya study tour harus dihapus maka ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan tanpa mengurangi segala manfaat yang akan diperoleh siswa dalam pengalaman filed study,” ujar Staf Pengajar Magister Ilmu Komunikasi (Mikom) Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY) ini.

Adapun beberapa kegiatan alternatif pengganti studi tour di antaranya Tour Virtual yaitu melalui kegiatan seperti kunjungan Museum Online.

Banyak museum di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, menawarkan tur virtual. Siswa dapat mengunjungi museum-museum ini secara online dan mengikuti panduan tur yang interaktif. Selain itu dapat juga dilakukan eksplorasi situs sejarah dan ilmiah yang sering kali memiliki tur virtual yang dapat diakses secara gratis atau dengan biaya rendah. Ini memungkinkan siswa untuk belajar tentang sejarah, sains, dan budaya tanpa harus meninggalkan kelas.

“Selanjutnya saya usulkan ada kegiatan berupa Proyek Penelitian Lapangan; yaitu kegiatan berupa proyek komunitas. Jadi siswa dapat melakukan proyek penelitian di komunitas mereka, seperti mempelajari sejarah lokal, menginvestigasi ekosistem setempat, atau melakukan survei sosial. Ini melibatkan mereka dalam pengalaman belajar praktis di lingkungan terdekat. Atau alternatif lain para siswa dapat melakukan penelitian lingkungan, berupa pengamatan burung, studi tentang flora dan fauna lokal, atau analisis kualitas air di sungai atau danau terdekat dapat dilakukan. Ini mengajarkan metode ilmiah dan pentingnya menjaga lingkungan,” bebernya.

Alternatif selanjutnya lanjut Edwi sapaan akrabnya Studi Tour diganti dengan Workshop dan seminar, mengadakan workshop dengan tema tertentu seperti teknologi, seni, atau keterampilan praktis (misalnya, fotografi, memasak, atau kerajinan tangan) dapat memberikan siswa kesempatan untuk belajar dan mencoba hal baru.

Baca Juga  Dorong Desa Ramah Anak dan Perempuan, Kelompok KKN 259 UIN Solo Sosialisasi Cara Membuat MPASI 

“Alternatif lain adalah degan mengundang pakar dari berbagai bidang untuk memberikan seminar atau talkshow di sekolah. Ini bisa dilakukan secara langsung atau melalui webinar jika tatap muka tidak memungkinkan,” urainya.

Solusi lain imbuhnya sekolah bisa mengadakan kegiatan proyek kolaboratif; yaitu menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek besar yang melibatkan penelitian, presentasi, dan karya kreatif. Misalnya, proyek tentang perubahan iklim yang melibatkan ilmu pengetahuan, geografi, dan bahasa Inggris. Kegiatan ini dapat juga berupa program bakti sosial, kegiatan kebersihan lingkungan, atau kampanye kesehatan dapat melibatkan siswa dalam kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat sambil belajar nilai-nilai sosial dan tanggung jawab.

Pada sisi lain, Edwi juga menyatakan jika pada akhirnya studi tou harus dilaksanakan ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar dampak negatif dapat diminimalisir di antaranya merencanakan dengan baik dan matang serta terperinci untuk membantu mengurangi biaya serta mengantisipasi kebutuhan yang mungkin muncul. Menyusun anggaran yang transparan dan jelas kepada orang tua dapat membantu.

Dalam perjalanan studi tour sebaiknya menggunakan asuransi perjalanan untuk semua peserta bisa menjadi langkah penting untuk menangani risiko kecelakaan atau masalah kesehatan selama perjalanan.

“Jangan lupa memilih tour organizer yang terpercaya dan memiliki reputasi yang baik serta memiliki ijin resmi serta Menyediakan pengawasan yang ketat dari guru dan pemandu wisata, serta memastikan adanya protokol keselamatan yang jelas dan dipahami oleh semua peserta. Dan yang terakhir melakukan edukasi siswa mengenai potensi risiko dan cara menghadapinya, serta memberikan briefing yang cukup sebelum perjalanan dimulai,” (aje)

Sebenarnya study tour memiliki sejarah yang panjang dalam dunia pendiikan di Indonesia bahkan dapat dikatakan menjadi tradisi dalam dunia pendidikan. Bisa dilihat bahwa study tour sudah ada sejak jaman kolonial ketika pendidikan formal mulai diperkenalkan di Indonesia, dan konsep kunjungan pendidikan atau ekskursi mulai dikenal. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial dan misionaris sering mengadakan perjalanan singkat untuk memperkenalkan siswa pada lingkungan sekitar dan pengetahuan praktis. Pada era 1950-1960-an, setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, pendidikan menjadi salah satu fokus utama pemerintah. Meskipun pada masa ini study tour belum menjadi kegiatan yang umum, beberapa sekolah di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya mulai mengadopsi konsep ini untuk memperluas wawasan siswa.
Pada era tahun 1970-an dan 1980-an, study tour mulai lebih formal diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah. Perjalanan edukatif ini seringkali dilakukan untuk mendukung pelajaran sejarah, geografi, dan ilmu pengetahuan. Kunjungan ke museum, kebun raya, dan situs-situs sejarah mulai menjadi bagian dari program pendidikan.
Study tour mengalami puncaknya adalah pada era tahun 1990-an, study tour semakin populer di kalangan sekolah-sekolah, baik di perkotaan maupun di daerah. Peningkatan kesejahteraan dan aksesibilitas transportasi membantu mendorong popularitas ini. Tujuan study tour pun mulai bervariasi, termasuk kunjungan ke perusahaan, pabrik, dan institusi pemerintahan.
Memasuki abad ke-21, teknologi informasi mulai memainkan peran dalam merencanakan dan mengorganisir study tour. Sekolah-sekolah menggunakan internet untuk mencari informasi dan melakukan pemesanan. Tujuan study tour juga semakin beragam, mencakup tempat-tempat rekreasi yang menggabungkan pendidikan dengan hiburan, seperti taman sains dan pusat budaya. Apalagi pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai memberikan perhatian lebih pada pendidikan luar kelas. Study tour dianggap sebagai bagian dari metode pembelajaran aktif yang membantu siswa memahami pelajaran dengan lebih baik melalui pengalaman langsung.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News