KILASJATENG.ID– Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) siap memenuhi kebutuhan apoteker bagi Kimia Farma Apotek (KFA) untuk praktek di peak hour atau jam-jam puncak.
Komitmen tersebut diwujudkan dalam perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak di sela pelaksanaan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IAI yang diselenggarakan di hotel Grand Mercure Solo Baru, Jumat, 25 Agustus 2023.
Perjanjian kerjasama tersebut ditandatangani oleh Ketua Umum PP IAI, apt Noffendri Roestam serta Direktur Utama KFA Agus Chandra dan Direktur Operasional KFA, apt Muhardimani.
Ketua Umum PP IAI, apt Noffendri Roestam mengatakan, ada dua hal yang dikerjasamakan antara IAI dengan KFA. Yakni penyediaan apoteker untuk berpraktek di jam-jam puncak di apotek Kimia Farma dan terkait jenjang karir apoteker.
Terkait penyediaan apoteker saat jam-jam sibuk di KFA, Noffendri mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan IYPG (Indonesian Young Pharmacist Group) untuk mengontak anggotanya yang bersedia berpraktek di apotek tertentu di jam-jam puncak.
“Di outlet-outlet tertentu, pada jam puncak layanan, dibutuhkan kecepatan dan optimalisasi pelayanan. Hal tersebut ternyata seringkali tidak bisa dipenuhi oleh apoteker internal. Dan dalam pembicaraan saya dengan pak Agus dan pak Muhardiman, ditanyakan, apakah IAI bisa menyediakan apoteker yang bisa praktek selama 3 – 5 jam di jam-jam puncak setiap harinya,’’ tutur Noffendri.
IYPG sendiri adalah organ dibawah IAI yang beranggotakan apoteker muda berusia dibawah 35 tahun. Nantinya para apoteker muda ini terlebih dulu akan mendapat pelatihan dari IAI, agar dapat melayani kebutuhan pasien saat berpraktek di KFA.
‘’Saya meminta IYPG, karena biasanya anak-anak muda ini lebih lincah ketika harus melakukan pelayanan kefarmasian di beberapa tempat berbeda,’’ lanjut Noffendri.
Yang kedua, lanjut Noffendri, berkaitan dengan jenjang karir apoteker atau apoteker advance practice yang diadopsi dan diadaptasi dari program FIP (The Internatinal Pharmaceutical Federation).
Saat ini IAI tengah menyiapkan jenjang karir apoteker yakni dimulai dari apoteker pratama, madya dan utama.
‘’Tidak mudah menyiapkan jenjang karir ini, karena belum tentu dapat diterima oleh pihak swasta. Namun hari ini luar biasa, karena ada sebuah perusahaan besar yang bersedia melakukan uji coba dari keberadaan apoteker advance practice ini,’’ kata Noffendri.
Menurutnya ini adalah gagasan yang bagus dan bisa dijadikan contoh oleh apotek jaringan lain.
‘’Perjanjian Kerjasama dengan KFA kali ini sekaligus merupakan upaya IAI untuk meningkatkan kesejahteraan anggota,’’ tambah Noffendri.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama KFA, Agus Chandra mengatakan, IAI memberikan solusi bagi Kimia Farma Apotek yang membutuhkan bantuan tenaga apoteker di saat peak hours.
‘’Saat ini Kimia Farma Apotek memiliki 12.000 tenaga kerja, 9.000 diantaranya tenaga kerja kefarmasian yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tapi jumlah itu ternyata masih kurang, sehingga kami membutuhkan bantuan IAI untuk menyediakan apoteker di jam-jam puncak,’’ tuturnya.
Para apoteker ini, lanjutnya, akan membantu melayani masyarakat memberi informasi pemakaian obat yang baik dan benar.
‘’Kami sangat senang didukung dari sisi keilmuan, di sisi lain, kami juga senang bisa membantu IAI dalam leveling apoteker yang sedang dirintis IAI melalui Kolegium Ilmu Farmasi Indonesia (KIFI) yang diketuai Prof Dr apt Keri Lestari,’’ papar Agus Chandra.
Di sisi lain, dalam kesempatan itu, Agus Chandra menantang apoteker yang bernaung dibawah IAI untuk menyiapkan dua hal.
‘’Yang pertama adalah apotek veteriner dan kedua apotek syariah. Saya menantang IAI untuk menyiapkan hal ini. Karena dalam perjumpaan saya dengan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof Teguh Budipitojo, ternyata ada perbedaan dalam pemberian obat hewan dan untuk manusia baik dosis maupun cara penerapannya,’’ tuturnya.
‘’Kita akan kembangkan apotek veteriner, karena itu kami butuh apoteker yang mumpuni di bidang tersebut,’’ imbuhnya.
Sedangkan mengenai apotek syariah, Agus Chandra mengatakan keberadaannya saat ini masih sangat dibutuhkan lantaran banyak pelanggan yang harus dilayani.
“IAI mestinya juga menyiapkan kompartemen syariah dalam organisasinya,’’ pungkas Agus Chandra.*