Selamatkan Kuliner Ayam Goreng Tradisional Lewat Lakon Seni Srandhul ‘Sampai Pitik Goreng Penghabisan’

oleh -367 Dilihat
Lakon seni srandhul berjudul “Sampai Pitik Goreng Penghabisan” yang dimainkan Paguyuban Seni Srandhul Suketeki
Lakon seni srandhul berjudul “Sampai Pitik Goreng Penghabisan” yang dimainkan Paguyuban Seni Srandhul Suketeki

KILASJATENG.ID-Para perajin atau UMKM ayam goreng tradisional Jawa di Kademangan Karangwetan resah. Sudah beberapa tahun terakhir, usaha mereka semakin turun omsetnya. Mereka berpendapat, kehadiran ayam goreng model impor atau yang biasa disebut fried chicken, telah menyebabkan turunnya omset usaha mereka. Mereka pun sudah berupaya mengadu ke pemerintah Kademangan, tapi tidak pernah ditindaklanjuti.
Kesabaran mereka akhirnya habis, saat melihat gerai fried chicken maupun penjual fried chicken yang memakai gerobak semakin marak. Bahkan di Kademangan Karangwetan, pusatnya ayam goreng tradisional Jawa, gerai fried chicken sangat populer dan disukai masyarakat.
UMKM ayam goreng tradisional itu pun lalu memutuskan untuk berdemo, turun ke jalan, menuntut diusirnya usaha fried chicken dari Kademangan Karangwetan.

Dhadhungawuk, penanggungjawab keamanan sekaligus tangan kanan Ki Demang Cakrayuda, mengetahui demo yang didominasi ibu-ibu itu lalu mempertemukan para pendemo dengan Ki Demang. Dalam pertemuan itu disepakati, para UMKM ayam goreng tradisional akan meningkatkan mutu produk dan pelayanannya serta akan memanfaatkan digital marketing. Di sisi lain, Ki Demang Cakrayuda sebagai representasi pemerintah berjanji akan membuat aturan yang mewajibkan seluruh instansi pemerintah dan sekolah-sekolah negeri untuk selalu menyertakan ayam goreng tradisional dalam menu suguhan di setiap acara yang mereka buat.
Para pendemo yang khawatir Ki Demang ingkar janji bertekad akan terus berjuang melestarikan kuliner tradisional, khususnya ayam goreng tradisional Jawa, sampai pitik (ayam) goreng penghabisan.
Itulah lakon seni srandhul berjudul “Sampai Pitik Goreng Penghabisan” yang dimainkan Paguyuban Seni Srandhul Suketeki dari padukuhan Karangmojo Tamanmartani Kalasan Sleman, pada Sabtu, 19/8/2023, di panggung lapangan volley Karangmojo.

Baca Juga  Dukung Pelestarian Budaya, Alila Hotel Solo Resmikan Laras Art Space 

Menurut Kusuma Prabawa, penulis naskah sekaligus sutradaranya, pementasan ini bukan hanya menyuguhkan fakta, namun juga mencoba menawarkan solusi, agar ayam goreng tradisional Jawa, khususnya ayam goreng Kalasan tetap bisa bersaing dengan ayam goreng model impor.
Gandung Mujiyono, Ketua Paguyuban Seni Srandhul Suketeki mengatakan, jumlah anggota kelompoknya saat ini tinggal 9 orang, itu pun sudah tua-tua. Gandung sangat khawatir, sulitnya regenerasi pelaku seni srandhul akan menyebabkan kesenian rakyat ini punah. Sebagai upaya regenerasi dan pelestarian, maka Paguyuban Seni Srandhul Suketeki, dalam pementasan itu melibatkan sejumlah mahasiswa Universita Negeri Yogyakarta yang tergabung dalam Unit Studi Sastra dan Teater (Unstrat). “Dengan melibatkan generasi muda, diharapkan mereka jadi kenal dengan kesenian tradisional, dan semoga mereka juga tergugah untuk ikut melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional, khususnya seni srandhul,” ujarnya.

Baca Juga  Dukung Pelestarian Budaya, Alila Hotel Solo Resmikan Laras Art Space 

Kusuma Prabawa menambahkan, kesenian rakyat Srandhul, saat ini hampir terlupakan oleh masyarakat, khususnya di kabupaten Sleman. Keberadaan mereka biasanya baru tampak saat Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman mengadakan lomba tahunan. Di luar event itu, kelompok-kelompok kesenian Srandhul yang jumlahnya semakin sedikit itu, sangat jarang mendapatkan kesempatan untuk pentas. Paguyuban Seni Srandhul Suketeki, menyiasati kondisi itu dengan memainkan lakon-lakon yang kekinian dan lebih sesuai dengan keadaan jaman.
Kusuma bersyukur karena Paguyuban Seni Srandhul Suketeki, kembali mendapatkan kesempatan pentas dengan fasilitasi Dana Keistimewaan melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman.*

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News