Tolak Calon TPPS, Warga Cangkringan Sleman Pasang Spanduk

oleh -198 Dilihat
Spanduk penolakan warga terkait lahan SG yang akan dijadikan TPSS.
Spanduk penolakan warga terkait lahan SG yang akan dijadikan TPSS. (foto: Krisyanti)

KILASJATENG.ID–  Warga Padukuhan Karanggeneng, Cankringan, Kabupaten Sleman menolak rencana pemerintah menjadikan lahan di kawasan tersebut sebagai tempat pembuangan sampah sementara (TPSS).

Dari pantauan di lapangan, bentuk penolakan tersebut ditunjukkan dengan memasang sejumlah spanduk di jalan masuk menuju lokasi dijadikannya calon TPSS.

Salah satu warga Karanggeneng menegaskan pihaknya menolak rencana pemerintah menjadikan lahan tersebut sebagai TPSS. Apalagi rumahnya sangat dekat dengan lahan tersebut. Sehingga ia khawatir akan terdampak jika benar lahan tersebut dijadikan TPSS dalam waktu dekat.

Belum lagi kendaraan pengangkut sampah yang nantinya bakal berseliweran di depan rumahnya.

“Bau sama pasti kan banyak hewan kayak lalat, kesehatan juga tercemar kan, takut sih,” ujarnya yang enggan disebut namanya, Rabu, 26 Juli 2023.

Sementara di lokasi calon TPSS itu juga belum terlihat adanya alat berat ataupun aktivitas lainnya untuk mempersiapkan tempat tersebut. Bahkan lahan di tersebut dari kejauhan masih dikelilingi tumbuhan yang rimbun.

Selain itu, jalan menuju lahan yang berstatus Sultan Ground (SG) itu juga hanya setapak dan belum memungkinkan kendaraan besar pengangkut sampah melintasi 

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, calon TPSS di Karanggeneng itu oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman ditargetkan pada awal pekan depan sampah-sampah dapat ditampung.

Kepala DLH Sleman, Ephipana Kristiyani menyampaikan bahwa TPSS itu sifatnya sementara untuk menampung sampah dari Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta sembari menunggu TPST Piyungan dibuka kembali.

Adapun TPST Piyungan ditutup selama 45 hari terhitung mulai 23 Juli sampai 5 September 2023.

Diharapkan, dengan menggunakan lahan di Cangkringan Sleman seluas dua hektar itu dapat menampung sampah 300 ton perhari.

“Kota (Yogyakarta) sekitar 200 (ton perhari) dan Sleman kami yakin 100 (ton) perhari,” ujar Ephipana.*

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News