KILASJATENG.ID– Wakil Ketua LBH DPP-PPP, Arif Sahudi meminta para kader yang memiliki suara dalam Muktamar PPP untuk memilih calon yang memiliki prestasi. Jika tidak, maka dikhawatirkan partai berlambang kabah tersebut tidak akan mampu lagi bangkit kembali ke Senayan.
“Perlu saya sampaikan pada kesempatan ini, bahwa PPP itu secara politik nasional sebenarnya sudah mati walaupun secara badan hukum masih hidup. Yang kedua, sejarah mencatat sejak orde reformasi ini partai yang terlempar dari parlemen itu sulit sekali dan bahkan belum pernah ada yang bisa kembali ke Senayan,” ujarnya kepada awak media, Kamis 13 Juni 2025.
Karena itu, lanjutnya, PPP membutuhkan pemimpin yang mumpuni untuk bisa membawanya kembali bangkit. Dan salah satunya adalah prestasi yang telah dicapai.
“Karena itulah agar PPP ini nanti bisa masuk ke Senayan lagi maka saya menyampaikan sesuai AD/ART Pasal 6 salah satu syarat untuk menjadi pimpinan itu adalah punya prestasi. Kalau untuk kader, jelas prestasinya dalam hal menaikkan perolehan suara atau minimal mempertahankan kursi di Pemilu. Kalau sebaliknya berarti jelas, dia tidak memenuhi unsur prestasi ini,” tandasnya.
Mantan Ketua DPC PPP Solo itu menambahkan, melalui surat terbuka yang ia buat, Arif meminta seluruh Pemilik Suara dalam Muktamar, Muswil dan Muscab untuk memilih orang orang atau kader yang telah mempunyai prestasi. Dalam hal ini yang mampu menaikkan/mendapatkan Suara/Kursi atau setidaknya dapat Mempertahankan Kursi.
“Kedua, demi menyelamatkan PPP agar kembali ke Senayan, maka pemilik suara harus mempunyai dasar pemikiran yang rasional, tidak hanya emosional sesaat / pragmatis semata,” tegasnya.
Saat ditanya siapa yang memenuhi kriteria tersebut, Arif mengatakan bisa siapa saja. Baik kader internal maupun tokoh eksternal PPP, asalkan memiliki prestasi. Bahkan tokoh seperti dari Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama (NU) tidak menutup kemungkinan untuk dicalonkan dan dipilih sebagai pemimpin PPP yang baru.
“Jangan hanya mengandalkan kader internal saja, kalau memang eksternal tapi lebih punya prestasi dan mampu membawa PPP kembali ke Senayan ya nggak papa. Jangan menjadi katak dalam tempurung. Jangan sampai PPP berakhir seperti Candi Borobudur, hanya menjadi sejarah,” ucapnya.
“Termasuk Pak Jokowi, Pak Amran (Menteri Pertanian) kalau memang berkenan dan muktamirin pemilik suara memilih saya tidak keberatan. Ini bentuk kecintaan saya kepada partai ini dan saya merasa saya bukan termasuk yang hebat, makanya kalau memang ada orang lain ngapain kita tolak. Karena harapan saya selaku kader selaku pengurus, PPP tetap ada, caranya kita tidak boleh egois, sok bisa, sok harus kita,” pungkasnya.*