Yogyakarta Dorong Ilmuwan Warga Hadapi Bencana Lewat Inovasi Inklusif

oleh -242 Dilihat
Yogyakarta Dorong Ilmuwan Warga Hadapi Bencana Lewat Inovasi Inklusif
Yogyakarta Dorong Ilmuwan Warga Hadapi Bencana Lewat Inovasi Inklusif

KILASJATENG.ID — Masyarakat Yogyakarta kini punya peran baru dalam menghadapi bencana: menjadi ilmuwan warga. Melalui Workshop Citizen Science untuk Bencana Alam, berbagai kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas dan komunitas lokal, diberdayakan untuk terlibat aktif dalam pengurangan risiko bencana.

Diselenggarakan oleh MOST-UNESCO, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Budi Luhur, dan UPN Veteran Yogyakarta, acara ini bukan sekadar seminar biasa. Di sinilah teknologi bertemu budaya lokal, sains berbaur dengan cerita rakyat, dan strategi nasional menyatu dengan pengalaman komunitas.

Ilmuwan Warga: Ketangguhan Berbasis Komunitas

Plt. Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Prof. Dr. Ir. Anugerah Widiyanto, membuka acara dengan penekanan pentingnya membangun ketangguhan masyarakat, khususnya di negara yang berada di jalur Cincin Api Pasifik.

“Citizen science memberi ruang bagi warga untuk berperan sebagai pengumpul dan analis data kebencanaan. Ini sangat penting, terutama bagi kelompok yang selama ini kurang mendapat akses,” ujar Prof. Widiyanto.

Tiga Inovasi Baru untuk Indonesia Tangguh

Dalam acara ini, diluncurkan tiga produk inovatif yang ramah disabilitas dan berbasis kearifan lokal:

Aplikasi Web Scrollytelling: Platform digital interaktif yang menyajikan edukasi bencana lewat narasi visual yang menarik.

Buku Panduan “Kami Tangguh Kami Selamat”: Panduan praktis yang dirancang khusus untuk kelompok rentan.

Film Animasi “3 Kota 3 Cerita Satu Negeri”: Film dengan sentuhan budaya yang mengangkat kisah ketangguhan dari berbagai daerah.

Ketiganya bertujuan menghapus kesenjangan informasi dan menjadikan edukasi kebencanaan lebih inklusif dan menarik.

Kearifan Lokal Jadi Kunci

Prof. Eko Teguh Paripurno dari Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta menyampaikan bahwa kekuatan Indonesia dalam menghadapi bencana terletak pada masyarakatnya.

“Pengetahuan lokal harus diangkat sebagai fondasi. Ketangguhan dimulai dari rumah, dari komunitas,” ujarnya dalam sesi kunci.

Sementara itu, para pembicara lain seperti Eva Rahmi Kasim (Kemensos), Kamal Riswandi (SAR Yogyakarta), dan Dr. Ir. Arief Wibowo (UBL) menyoroti pentingnya sinergi antara kebijakan, teknologi, dan pemberdayaan masyarakat.

Universitas Budi Luhur menegaskan komitmennya sebagai bagian dari model pentahelix—yang menyatukan akademisi, pemerintah, swasta, masyarakat, dan media.

“Kami percaya kolaborasi lintas sektor adalah fondasi strategi kebencanaan yang inklusif,” kata Rektor UBL, Prof. Dr. Agus Setyo Budi.

Workshop ini merupakan penutup dari rangkaian acara serupa di Padang dan Palu-Parigi, dan dihadiri antusias oleh kelompok rentan di Yogyakarta. Dalam sesi reflektif, peserta juga berbagi cerita tentang bagaimana filosofi hidup Jawa seperti guyub dan gotong royong membantu mereka bangkit dari bencana.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News