KILASJATENG.ID- Disebut sebagai salah satu game-changer dam mesin penggerak pertumbuhan ekonomi global, pemanfaatan Kecerdasan Artifisial (Artificial Intelligence/AI) semakin meningkat dari waktu ke waktu. Khususnya di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Namun di sisi lain, pengembangan AI di Indonesia juga menemui sejumlah tantangan yang harus bisa dihadapi jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal dari penggunaan teknologi ini, utamanya untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Sekjen Partnership Kolaborasi Riset & Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA), Sri Safitri mengatakan, meski berpotensi mendorong transformasi besar, pengembangan AI di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang masih terbatas.
“Hingga saat ini, jumlah individu yang memiliki keahlian dalam bidang AI masih sangat sedikit. Bahkan, program studi khusus AI di Indonesia baru dimulai,” ujarnya dalam diskusi panel bertajuk “Masa Depan AI: Mampukah Memperkuat Ekonomi Indonesia?” yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Teknologi (FORWAT) dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun ke-5 FORWAT.
Ia menambahkan, selain SDM, keterbatasan dalam hal infrastruktur digital juga menjadi hambatan besar.
“Kemudian, kurangnya pendanaan dan riset & pengembangan (R&D). Dari sisi regulasi, Indonesia juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan data dan kebijakan terkait AI. Terakhir, keterbatasan akses terhadap teknologi,” ungkap dia.
Hal senada juga diutarakan Direktur Ekonomi Digital CELIOS, Nailul Huda. Ia mengatakan, pengembangan AI di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan meski berpotensi mendorong transformasi besar.
“Peran AI sebagai tulang punggung transformasi ekonomi saat ini telah terlihat dari pengapdosian AI yang tumbuh pesat di sektor finansial dan ekonomi digital. Namun semuanya tak lepas dari sejumlah tantangan,” ujarnya.
Huda mengatakan, untuk mengatasi tantangan tersebut peran strategis pemerintah sangat dibutuhkan untuk bisa mendorong pengembangan AI di tingkat nasional, melalui regulasi yang mengatur AI dan tata kelolanya guna memaksimalkan manfaat besar AI sekaligus meminimalkan resikonya.
“Dengan dukungan strategi pemerintah, kolaborasi industri, serta peningkatan keterampilan tenaga kerja, AI dapat memberdayakan Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” kata dia.
Sedangkan Country Lead Business NVIDIA, Adrian Lesmono mengatakan, Teknologi AI yang cepat, aman, dan mandiri adalah fondasi kedaulatan digital Indonesia. Dimana Kedaulatan AI artinya kontrol penuh atas data, efisiensi dan akselerasi digital. Sehingga kedaulatan AI sudah bukan lagi sekedar wacana. Hanya saja menurutnya penerapan AI di Indonesia perlu disesuaikan dengan prioritas pembangunan nasional.
“Upaya ini mulai dilakukan, salah satunya melalui pembentukan Kolaborasi Riset & Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA) yang bertujuan menjembatani kesenjangan kolaborasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas publik,” kata dia.
Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, Insaf Albert Tarigan mengakui jika saat ini masih diperlukan penyempurnaan strategi pemanfaatan AI nasional yang dapat berfungsi sebagai blueprint panduan bagi pemerintah dan sektor swasta dalam mengadopsi, mengembangkan, serta mengimplementasikan AI.
“Dengan kebijakan yang tepat, pemerintah dapat memaksimalkan potensi kerja sama dengan mitra global, mencakup transfer teknologi, investasi, dan penelitian bersama. Kolaborasi semacam ini akan mempercepat adopsi teknologi canggih, membuka akses ke sumber daya global, dan memperkuat kedaulatan teknologi Indonesia,” jelasnya.
Di sisi lain, di Indonesia sendiri, penguatan kedaulatan AI eloknya dilakukan dengan mendorong lebih banyak sektor beralih dari fase Taker ke fase Shaper dan Maker. Sebagai contoh, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) tidak hanya memanfaatkan AI untuk bisnis seperti peningkatan layanan pelanggan dan kinerja jaringan, tetapi juga aktif membangun ekosistem AI inklusif melalui pengembangan talenta, pelatihan, serta kolaborasi strategis demi pemerataan akses teknologi AI di berbagai sektor.
Selain Indosat yang telah mengadopsi teknologi AI melalui berbagai inovasi seperti Sahabat-AI, Indosat AI Experience Center, dan Digital Intelligence Operation Center (DIOC), sejumlah perusahaan lain juga turut memanfaatkan AI. GoTo, misalnya, menggunakan AI untuk mempersonalisasi preferensi pelanggan dan memprediksi permintaan.