Begini Penjelasan Pakar Komunikasi Soal Plus Minus Hilangnya Ekstra Pramuka

oleh -243 Dilihat
Staf Pengajar dan Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY), Assoc Prof Dr Edwi Arief Sosiawan, SIP,MSi, CIIQA CIAR, CPM (Asia)
Staf Pengajar dan Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY), Assoc Prof Dr Edwi Arief Sosiawan, SIP,MSi, CIIQA CIAR, CPM (Asia)

KILASJATENG.ID– Sejak kemarin polemik penghilangan ekstrakulikuler pramuka yang disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Lantaran menimbulkan polemik dalam masyarakat, Nadiem buru buru mencabut wacana aturana tersebut. Atas polemik tersebut Pakar Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY), Assoc Prof Dr Edwi Arief Sosiawan, SIP,MSi, CIIQA CIAR, CPM (Asia) angkat bicara. Dirinya menegaskan jika penghilangan ekstrakurikuler pramuka akan berdampak pada hilang hilangnya nilai moral dan nasionalisme generasi muda.

Pria yang akrab disapa Edwi menegaskan gerakan Pramuka telah menjadi bagian integral dari sistem pendidikan di Indonesia, khususnya dalam pendidikan dasar dan menengah. Gerakan Pramuka juga telah menjadi bagian dari sejarah perjuangan bangsa.

Namun, keputusan Permendikbudristek 12/2024 yang menyatakan bahwa Pramuka tidak lagi menjadikan ekstrakurikuler wajib bagi peserta didik dasar dan menengah telah memicu debat yang intens di kalangan masyarakat dan pendidik. Alasan utama Mendikbudristek adalah memberikan kesempatan kepada siswa memilih ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga siswa dapat mengekspresikan diri dan mengaktualisasikan potensi mereka secara maksimal melalui kegiatan yang mereka pilih.

BACA JUGA:Maksimalkan Kebahagiaan di Akhir Ramadan bersama Smartphone Serba Bisa Vivo

Pengajar sekaligus Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta (UPNVY) ini kemudian menganalisa dari sisi dua hal yakni negatif dan positif. Ditambahkannya dilihat dari sudut pandang negatif, perubahan Kegiatan Ekstra kurikuler Pramuka yang tidak diwajibkan lagi akan berdampak pada ancaman beberapa hal di antaranya hilangnya potensi nilai-nilai moral dan kepemimpinan. Pramuka telah lama dianggap sebagai wahana untuk membentuk karakter siswa melalui pembelajaran nilai-nilai moral, kepemimpinan, dan kemandirian. Perubahan kewajiban kegiatan Pramuka berpotensi menghilangkan platform yang penting untuk pengembangan nilai-nilai tersebut. Padahal Pramuka jelas dapat membantu siswa dalam mengasah keterampilan kepemimpinan dan kemandirian.

Baca Juga  UMBY Gandeng Kelompok Sido Resik Studi Banding ke TPS3R Go-Sari di Guwosari Bantul

Sisi negatif kedua yakni resiko adanya penurunan rasa nasionalisme dan kebersamaan. Gerakan Pramuka selama ini telah membuktikan peran penting dalam memupuk rasa nasionalisme dan kebersamaan di antara generasi muda Indonesia hal ini pernah diungkapan oleh Studer dan Leinhardt (2007), bahwa pengalaman kolektif dalam kegiatan seperti Pramuka dapat memperkuat identitas dan solidaritas sosial. Merubah peran penting Pramuka maka akan berdampak pada kemungkinan penurunan rasa identitas nasional dan rasa kebersamaan di antara siswa.

“Meskipun ada potensi untuk mengembangkan program ekstrakurikuler yang lebih sesuai dengan kebutuhan zaman serta kebutuhan siswa, belum ada jaminan bahwa program-program tersebut akan mampu menggantikan peran Pramuka secara efektif dalam pembentukan karakter siswa. Oleh karenanya diperlukan pihak sekolah dan lembaga pendidikan lainnya serta pengambil kebijakan harus melakukan evaluasi terhadap dampaknya. Evaluasi yang cermat diperlukan untuk mengevaluasi apakah keputusan tersebut benar-benar meningkatkan efisiensi waktu dan mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan,” urai dosen Pascasarjana Fakultas Ilmu Komunikasi UPNVY ini.

Namun imbuhnya, pada sisi lain Permendikbudristek tersebut tidak menghilangkan kegiatan Pramuka selain masih menetapkan Pramuka sebagai ekstra kurikuler yang tetap harus ditawarkan oleh semua lembaga sekolah tingkat dasar dan menengah. Hal ini menunjukkan sisi positif di antaranya Permendikbudristek 12/2024 memberikan fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum. Perubahan Pramuka sebagai ekstrakurikuler yang bersifat sukarela memberikan fleksibilitas kepada sekolah dalam pengembangan kurikulum mereka. Hal ini memungkinkan pihak sekolah untuk merancang program ekstrakurikuler yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa bahkan meningkatkan keterlibatan siswa dan hasil belajar mereka.

Baca Juga  Dorong Desa Ramah Anak dan Perempuan, Kelompok KKN 259 UIN Solo Sosialisasi Cara Membuat MPASI 

Selanjutnya perubahan kegiatan Pramuka yang bersifat sukarela, mendorong sekolah untuk dapat lebih fokus pada pengembangan keterampilan khusus yang relevan dengan tuntutan zaman, seperti keterampilan digital, literasi media, dan kreativitas. Bahkan pengembangan keterampilan khusus ini dapat meningkatkan daya saing siswa di dunia kerja yang terus berkembang.

BACA JUGA:Gali Potensi Kreator Lokal dan UMKM, Astrid Widayani Inisiasi BAKDANingAWALI

“Perubahan kegiatan Pramuka sebagai ekstrakurikuler sukarela memungkinkan penggunaan waktu yang lebih efisien dalam proses pembelajaran untuk siswa khsuusnya dalam pembagian waktu belajar mengajar yang umumnya sudah menjadi lima hari sekolah. Adapun beberapa literatur dan penelitian sepakat bahwa penggunaan waktu yang efisien dalam pembelajaran dapat meningkatkan pencapaian akademis siswa. Pengurangan kewajiban terhadap kegiatan ekstrakurikuler tertentu, menjadikan sekolah dapat mengalokasikan lebih banyak waktu untuk pembelajaran akademis yang lebih intensif. Ini termasuk pelaksanaan kurikulum inti, peningkatan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung, serta persiapan untuk ujian dan evaluasi,” urainya lagi.

Atas polemik ini Edwi kemudian berpesan pentingnya untuk mempertimbangkan baik aspek akademis maupun pengembangan karakter siswa secara menyeluruh dalam perumusan kebijakan pendidikan yang berkelanjutan. Hal ini sangat diperlukan karena apapun yang terjadi Pramuka menjadi benteng terakhir pendidikan karakter generasi muda di Indonesia yang secara karateristik telah berubah sesuai perkembangan era dan jaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News