KILASJATENG.ID- Dalam membangun bisnis tak hanya dibutuhkan modal berupa uang semata, namun ada faktor lain yang ikut menjadi penentu seorang pengusaha bisa sukses atau tidak dalam menjalani bisnis. Salah satunya, pintar melihat peluang.
Itu pula yang menjadi modal Aryatie Sekar Asih bisa bertahan selama 14 tahun menjalankan usaha batik dengan brand ‘Batik Sekar Asih’ sejak 2009 lalu dan berhasil melalui masa-masa pahit termasuk saat dihantam badai Pandemi Covid-19 pada tahun 2020 lalu.
Ditemui di salah satu outlet Batik Sekar Asih miliknya di Solo Square Mall, perempuan asli Kota Solo itu mengaku jika awal menekuni bisnis batik lantaran melihat peluang pasca Unesco menetapkan batik sebagai warisan budaya takbenda atau intangible cultural heritage pada 2 Oktober 2009.
“Jadi awalnya saya itu usaha bukan batik tapi aksesoris dari bebatuan dan ada toko di Solo Grand Mall pada 2004. Awalnya bagus penjualannya, namun lama-lama berkurang. Dan pada 2009 saat tahu ada penetapan dari Unesco saya langsung merasa wah ini peluangnya bagus, makanya kemudian coba terjun ke bisnis ini,” tuturnya.
Karena percaya dengan insting bisnisnya, Aryatie pun tak segan banting stir dari bisnis aksesoris menjadi batik. Awalnya ia hanya menjualkan batik-batik produksi teman-temannya dengan bermodal gantungan baju dan manekin yang ia jual di stan pameran di mall tempat tokonya berada.
“Dan ternyata hasilnya bagus. Itu di November ya, akhirnya di Desember saya putuskan murni bisnis batik dan yang aksesoris saya tutup. Waktu itu masih dengan sistem konsinyasi, jadi saya ambil baju batik di teman saya untuk dijual. Baru pada 2011 saya mulai produksi sendiri,” ujarnya.
Banting setir ke bisnis batik diakui ibu satu anak tersebut sebagai tindakan sedikit nekat. Pasalnya ia tidak memiliki latar belakang sebagai designer. Namun hal tersebut tak menghalangi niatannya untuk menekuni bisnis batik. Dan terbukti baju-baju batik yang diproduksinya justru menjadi trensetter lantaran akhirnya banyak ditiru produsen lainnya.
“Saya bukan designer ya, tapi saya lihat model baju yang sedang in di medsos dan melihat selera pasar. Kalau pasarnya bagus saya coba terapkan di kain batik dan ternyata banyak yang suka karena modelnya masuk jika diaplikasikan dengan batik,” ucapnya.
Seiring dengan perkembangan bisnisnya, Aryatie pun tak hanya berkutat di pameran-pameran saja, namun bisa membuka gerai di Solo Grand Mall dan Solo Square. Dan lantaran pengalaman mengikuti pameran di sejumlah kota-kota besar, ia pun memiliki gerai di Jakarta dan juga Bandung.
Namun di tengah bisnisnya yang menanjak tiba-tiba Pandemi Covid-19 menghantam Indonesia dan memukul semua sektor ekonomi termasuk bisnis batik yang dimiliki Aryatie. Dimana tak ada lagi pameran yang digelar dan puncaknya saat mall yang ada di Kota Solo harus ditutup total lantaran angka penyebaran Covid-19 yang melonjak serta adanya PPKM kala itu.
Di tengah keterpurukan tersebut, Aryatie mendapat informasi adanya pendaftaran UKM binaan Pertamina. Ia pun lagi-lagi melihat peluang untuk bisa bangkit dan kembali menjalankan roda bisnis yang seret lantaran hanya bisa mengandalkan penjualan secara online.
“Waktu puncak Covid-19 saya hanya bisa jualan online. Karena tidak ada lagi pameran dan mall satu per satu ditutup karena PPKM. Saat itu kita masih bisa jalan jualannya karena ada pelanggan tetap tapi produksi jadi berkurang banyak, bahkan sempat sama sekali tidak produksi karena stok menumpuk,” ucapnya.
Karena itu, saat tahu ada informasi dari Dinas UMKM Kota Solo mengenai pembukaan program Mitra Binaan Pertamina ia pun tak ragu mendaftar. Karena ia yakin akan ada banyak hal yang bisa didapatkan untuk mempertahankan usahanya dengan mengikuti program tersebut apalagi di masa sulit.
“Kenapa kepikiran ikut? Karena saya mikirnya kalau binaan BUMN, bisa lebih berkembang dan difasilitasi untuk pameran serta yang paling penting ada pendampingan dan pinjaman untuk modal usaha,” ucapnya.
Dan setelah dinyatakan diterima sebagai Mitra Binaan Pertamina, apa yang dipikirkan Aryatie pun terbukti. Tak hanya pendampingan melalui webinar, usahanya Batik Sekar Asih pun dibantu untuk pembuatan HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) dan sering diajak untuk pameran.
“Dan setiap pameran hasilnya pasti bagus dan tidak pernah mengecewakan. Saya juga merasa terbantu dengan menjadi Mitra Binaan Pertamina hingga usaha bisa berkembang sampai seperti saat ini,” ujarnya.
Ditanya mengenai harapan ke depan, perempuan 55 tahun tersebut mengatakan ingin agar usahanya semakin berkembang. “Harapannya semakin berkembang dan semakin bagus bisnisnya,” harapnya.*