KILASJATENG.ID – Sebanyak 142 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Solo, Jawa Tengah kekurangan siswa di Tahun Ajaran 2023/2024 ini. Hal tersebut diketahui dalam evaluasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo.
Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Solo, Abdul Haris Alamsah mengatakan dari hasil evaluasi pelaksanaan PPDB 2023 diketahui jika masih banyak SDN yang jumlah pendaftarnya sangat minim sehingga hingga PPDB ditutup masih mengalami kekurangan siswa.
“Khusus untuk sekolah yang masih kekurangan siswa saat pelaksanaan PPDB Online, kami memberikan waktu tambahan untuk melaksanakan PPDB secara offline dengan tujuan mengakomodir siswa yang belum dapat sekolah karena sistem zonasi,” ujarnya.
Dan jika nantinya jumlah siswanya belum memenuhi kuota, Abdul mengatakan pihaknya sudah mengimbau kepada sekolah yang bersangkutan untuk tetap memberikan pelayanan pendidikan yang maksimal meskipun jumlah pendaftarnya sedikit.
Lantaran untuk melakukan regrouping sekolah membutuhkan waktu yang tidak singkat karena prosesnya panjang. Sehingga jikapun ada opsi regrouping baru bisa dilaksanakan tahun ajaran berikutnya.
“Kami telah mengumpulkan pengawas sekolah yang minim siswa untuk dimintai data dan rekomendasi terkait hasil PPDB 2023. Tidak menutup kemungkinan sekolah kurang siswa dilakukan regrouping. Namun sebelum itu diperlukan analisa lebih dalam sehingga selama menunggu prosesnya maka sekolah tetap harus memberikan layanan pendidikan yang maksimal,” kata dia.
Dari 142 SDN yang kekurangan siswa, kondisi paling parah dialami SDN Tumenggungan, Kelurahan Timuran, Kecamatan Banjarsari dan SDN Nayu Barat 1 Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari. Dimana masing-masing sekolah hanya memiliki satu pendaftar dan dua pendaftar PPDB Online.
Kepala SDN Tumenggungan, Leliy Maria mengatakan masalah kekurangan siswa memang sudah terjadi sejak lima tahun terakhir dan di PPDB tahun ini yang paling minim. Yakni satu siswa saja yang mendaftar saat PPDB online.
“Kuota kami 28 siswa dan hingga akhir PPDB Online hanya ada satu siswa yang mendaftar itupun merupakan limpahan dari sekolah lainnya melalui jalur afirmasi. Sedangkan untuk jalur reguler atau zonasi belum ada satu siswa pun yang mendaftar,” paparnya.
Ia mengakui lokasi sekolah yang berada di tengah kota dan berada di antara industri dan pertokoan membuat jumlah anak-anak sangat minim.
Sedangkan Kepala SDN Nayu Barat 1, Sri Sumiwi Inawangsih mengatakan minimnya siswa yang mendaftar di SDN karena banyak orang tua yang memilih memasukkan anaknya ke sekolah swasta, khususnya yang usianya di bawah 7 tahun.
“Sampai PPDB berakhir hanya ada dua siswa yang mendaftar, satu lewat afirmasi dan satu zonasi. Karena itu kami membuka PPDB offline untuk menambah siswa,” kata dia.*