Kilasjateng.id – Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada 2045 mendatang, dimana di tahun tersebut jumlah penduduk dengan usia produktif akan jauh lebih banyak dibandingkan non produktif.
Sehingga tak heran jika Pemerintah pun menargetkan Generasi Emas sebagai visi menuju tahun 2045. Namun untuk dapat mencapai generasi emas banyak hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan. Salah satunya terkait pemenuhan gizi.
Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri lantaran masih minimnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya konsumsi pangan yang bergizi seimbang. Sehingga tak heran jika saat ini Indonesia masih berkutat dengan masalah gizi, yakni stunting, wasting dan obesitas.
Pakar Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Ahmad Sulaeman memaparkan untuk menciptakan Generasi Emas Indonesia 2045 yang unggul, orang tua harus memastikan pemenuhan gizi dengan optimal.
Zat Besi merupakan salah satu nutrisi penting dalam asupan makanan harian anak. Saat asupan Zat Besi tidak tercukupi dalam makanan harian, maka dapat terjadi gangguan perkembangan fungsi kognitif dan pertumbuhan anak. Sehingga dalam kesehariannya anak bisa mengkonsumsi bahan-bahan pangan sumber zat besi, seperti, daging merah, hati, ikan, ayam, sayuran hijau, dan susu.
“Susu adalah minuman kaya gizi yang tidak hanya dapat mendukung pola pertumbuhan yang sehat bagi anak, namun juga pemenuhan gizi bagi segala usia. Hal ini disebabkan karena susu memiliki beberapa zat gizi penting untuk pertumbuhan tubuh, seperti protein, kalsium, serta diperkaya oleh berbagai vitamin dan mineral yang penting untuk tumbuh kembang anak,” ujarnya.
Prof. Ahmad menambahkan, konsumsi pangan yang sehat tidak hanya perlu diperhatikan dari kandungan gizinya namun juga asal-usul pangan tersebut sebagai upaya memastikan bahwa sumber pangan yang diambil berasal dari alam yang baik, melewati proses pengolahan pangan dan pengemasan yang baik, sehingga dapat berdampak baik juga bagi kesehatan.
Sementara itu, untuk semakin memahamkan masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi, Danone Indonesia bersama Citilink menggelar Jelajah Gizi 2023 mengeksplorasi pangan lokal dan pentingnya pangan berkelanjutan dan dampaknya bagi kesehatan, masyarakat maupun lingkungan di Klaten dan Gunungkidul.
Sebagai perusahaan penyedia gizi dan hidrasi sehat untuk keluarga Indonesia, Danone Indonesia percaya bahwa terdapat keterkaitan antara kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan sangatlah erat. Sehingga berkomitmen untuk melakukan operasional bisnis yang berkelanjutan dan menghadirkan inisiatif yang berdampak positif pada kesehatan lingkungan maupun masyarakat.
“Dalam aspek kesehatan, Danone Indonesia berkomitmen untuk menyediakan produk hidrasi dan nutrisi berkualitas tinggi di setiap tahapan penting kehidupan manusia. Kami juga terus berinovasi untuk menghadirkan produk yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat melalui fasilitas riset terbaik dengan teknologi mutakhir,” papar Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin.
Dalam perjalanan Jelajah Gizi 2023, peserta juga mendatangi Program Isi Piringku di daerah Klaten. Program Isi Piringku merupakan dukungan nyata Danone Indonesia untuk pemerintah dalam mensosialisasikan panduan ‘Isi Piringku’, Pola Asuh dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) kepada para orang tua dan para guru pendidikan anak usia dini (PAUD). Saat ini Isi Piringku yang telah menjangkau lebih dari 1,8 juta masyarakat serta 7.370 PAUD di berbagai kota di Indonesia.
Dalam upaya menjaga kelestarian sumber pangan lokal bernutrisi tinggi, Danone Indonesia juga mengembangkan program Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Eroniti di Gunungkidul seluas 16,16 Ha.
Taman Kehati ini bertujuan untuk menjaga kelestarian 114 spesies flora dan fauna endemik, sekaligus terus meningkatkan keragamannya. Selain menjaga spesies langka agar tetap lestari, Taman Kehati Eroniti juga berfungsi sebagai penyedia nutrisi dan cadangan pangan bagi ekosistem dan masyarakat sekitarnya.
“Danone Indonesia berharap inisiatif yang dihadirkan ini dapat memberikan gambaran akan bagaimana potensi pangan yang diolah dengan tepat dapat bermanfaat bagi kesehatan, lingkungan maupun masyarakat. Sehingga konsumen juga dapat bisa memahami akan keterkaitan akan produk yang dikonsumsi dan memilih produk yang lebih sehat nantinya”, tutup Arif.