KILASJATENG.ID– Sebanyak 20 tim dari SMA/SMK yang ada di wilayah Solo Raya berkompetisi mendapatkan gelar juara dalam Liga Solo Nano-Nano Divisi Utama yang mulai bergulir Rabu 27 Juli 2023 di GOR Sritex Arena, Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng).
Ketua Liga Solo, Wiji Nugroho mengatakan, 20 tim yang mengikuti kompetisi terdiri dari 12 sekolah untuk tim putra dan delapan sekolah untuk tim putri. Liga Solo Nano-Nano Divisi Utama sendiri merupakan lanjutan dari kompetisi Liga Solo Junior yang telah bergulir beberapa waktu lalu.
“Untuk Divisi Utama ini pesertanya merupakan siswa SMA/SMK yang masih aktif di Solo Raya. Nanti akan ada sistem degradasi, empat tim turun divisi. Jadi akan kompetitif. Outputnya ada atlet yang bermain di nasional,” kata Wiji.
Setelah Divisi Utama untuk siswa SMA/SMK, pihaknya pun berharap kedepan Liga Solo bisa membuat kompetisi untuk jenjang universitas. Sehingga kompetisi Liga Solo akan lengkap dari usia dini hingga mahasiswa.
“Apalagi tahun ini ekosistem basket di yang kita bangun tahun lalu sudah ada, sehingga tinggal mengembangkannya saja. Harapannya pastinya ada pemain yang main di profesional. Saya juga dengar ada satu pemain Solo yang sudah go internasional ke Amerika,” kata dia.
Sementara itu, dalam proses pembukaan Liga Solo Nano-Nano Divisi Utama sendiri berlangsung tanpa sambutan. Seremoni hanya menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pemutaran video dari stakeholder di Soloraya.
Setelah seremoni, pertandingan yang telah dimulai sejak siang, dilanjutkan pertandingan SMKN 2 Solo melawan SMA Batik 1 Solo yang berakhir dengan skor 18-20.
“Hari pertama ada sekitar 6.000-an penonton. GOR Sritex Arena sangat memadahi untuk menggelar acara,” kata Dirut Liga Solo, Bagus Andrian John saat dijumpai wartawan di sela-sela pertandingan.
Ia berharap dari Liga Solo bisa membawa pebasket lokal kota bengawan menuju nasional. Apalagi Pemerintah Kota (Pemkot) Solo melalui Wali Kota Gibran Rakabuming Raka juga berkomitmen untuk atlet-atlet di Kota Solo untuk Go Nasional.
“Karena Liga Solo tidak hanya untuk sekolah di Solo saja. Karena kami menyadari untuk mencetak bibit pemain yang Go Nasional bahkan ke internasional memerlukan biaya yang mahal. Sehingga untuk mencetak pemain andal juga perlu dukungan dari berbagai pihak,” tutup pria yang juga menjabat sebagai Ketua Perbasi Solo itu.*
