Heboh Kasus Rabies di Indonesia, Simak Penyebab dan Dampak Jika Tubuh terserang Virus Ganas Ini

oleh -165 Dilihat
Gigitan anjing terinfeksi rabies menjadi salah satu penyebab banyaknya kasus rabies di Indonesia.
Gigitan anjing terinfeksi rabies menjadi salah satu penyebab banyaknya kasus rabies di Indonesia.

Kilasjateng.id-Belakangan ini ramai di media sosial yang menunjukkan pasien yang menderita rabies setelah digigit anjing maupun kucing. Terbaru, seorang anak berusia lima tahun di Buleleng Bali meninggal dunia setelah digigit anjing yang terinfeksi rabies. Sebelumnya, beredar video yang memperlihatkan bahwa anak tersebut masih berada di rumah sakit dengan perilaku yang tidak terkendali.

Ia terlihat mengamuk sembari dipegang oleh ibunya ketika akan diberikan minum oleh petugas kesehatan. Beberapa hari setelahnya, anak tersebut dikabarkan meninggal dunia. Kasus rabies di Bali ini bukan merupakan pertama kali yang ada di Indonesia. Sebelumnya, sudah banyak kasus rabies yang terjadi di Indonesia. Pada Juni 2023, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI membuka data jumlah kasus rabies pada hewan yang dilaporkan ke iSIKHNAS (sistem informasi kesehatan hewan Indonesia) sepanjang tahun 2023.

Data tersebut menunjukkan adanya 234 kasus rabies yang tersebar di 10 provinsi berbeda. Selama dua tahun berturut-turut, Bali menjadi provinsi dengan kasus rabies tertinggi di Indonesia dengan jumlah kasus rabies 38.009 pada tahun 2022 dan 14.827 kasus selama Januari hingga April 2023.

Baca Juga  MS Glow for Men Hadirkan 'Glow Fighter', Solusi Tepat untuk KKB (Kelompok Kulit Bermasalah)

Rabies menjadi salah satu penyakit yang mematikan jika tidak segera ditangani. Apalagi jika pasien sudah menunjukkan gejala hydrophobia atau takut dengan air. Lantas, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Dikutip dari akun Twitter seorang dokter @afrkml, rabies merupakan virus neurotropik yang targetnya adalah membuat kacau sistem saraf. Penyebarannya melalui saliva atau air liur hewan yang terkena rabies ketika tergigit olehnya.

Virus ini tergolong ganas dan akan melakukan berbagai cara untuk menyebar luas dan memperbanyak diri di dalam tubuh. Jika virus rabies (RABV) masuk ke dalam tubuh melalui gigitan, maka akan membangkitkan imun tubuh. Namun, RABV merupakan salah satu virus tertua di dunia yang sudah memiliki mekanisme sendiri untuk mengelabuhi imun tubuh.

Virus tersebut memiliki cara untuk lolos dari imun melalui berbagai cara, bisa dengan menekan inflamasi atau mengacaukan kerja saraf interferon. Salah satu saraf neuron tidak bisa mengantisipasi dan melakukan apoptosis ketika virus menyerang. Apoptosis adalah mekanisme vital yang dimiliki oleh sel untuk menghancurkan dirinya sendiri ketika sudah terinfeksi agar virus tidak menyebar lebih luas. Namun, virus rabies begitu kut dan mampu menghambat proses tersebut.

Baca Juga  MS Glow for Men Hadirkan 'Glow Fighter', Solusi Tepat untuk KKB (Kelompok Kulit Bermasalah)

Lebih parah jika virus tersebut mampu mencapai otak dan situasi akan berubah menjadi lebih mengerikan. Batang otak pun tidak bisa mengirimkan sinyal sehingga penderita tidak bisa napas dan menelan. Otak pun menjadi radang dan terjadi ensefalitis. Virus RABV kemudian segera menyebar dan mulai menginfeksi kelenjar air liur.

Jika sudah menginfeksi, penderita akan merasakan sakit yang luar biasa ketika menelan air. Ia akan merasakan sensasi terbakar yang mencekat seperti ditusuk-tusuk hingga sangat perih. Penderitaan ini menjadi traumatis bagi penderita, bahkan hanya terkena air akan menjadi ketakutan karena teringat sakitnya ketika menelan. Hal ini sering disebut sebagai hydrophobia.

Gejala ini sengaja diatur oleh virus agar penderita tidak bisa menelan sehingga virus tidak mati di dalam lambung. Akibatnya, air liur akan menumpuk di dalam mulut. Padahal, hidrasi sangat vital bagi tubuh sehingga jika mengalami hydrophobia dapat menyebabkan kematian dengan cepat.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News